BERANDA PROFIL

Kekerasan di Sekolah, Siapa yang Salah?

Mengamati berbagai masalah yang sedang dialami dalam dunia pendidikan di Indonesia memunculkan rasa keprihatinan yang mendalam. Pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Namun yang terjadi saat ini sangat jauh dari harapan yang diinginkan dalam tujuan pendidikan Indonesia.
Berbagai masalah silih berganti menghampiri dunia pendidikan, mulai dari kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa, oleh siswa kepada siswa yang lain dan banyak perilaku menyimpang lain yang dialami di sekolah. Kasus kekerasan di Bukittinggi adalah bentuk nyata yang menunjukkan adanya masalah di dunia pendidikan Indonesia. Selain kasus yang telah disebutkan, masih banyak kasus yang terkait dengan masalah pendidikan di Indonesia.
Masalah pendidikan yang terjadi sejak dahulu sampai saat ini belum juga terselesaikan. Yang terjadi saat ini makin parah dari pendidikan pada zaman dahulu  sebelum perkembangan teknologi yang pesat. Disadari atau tidak pengembangan teknologi yang amat pesat mempunyai pengaruh besar terhadap pendidikan di Indonesia. Perkembangan teknologi di satu sisi memudahkan guru dan siswa, namun di sisi lain juga akan menimbulkan masalah-masalah baru dalam dunia pendidikan. Perkembangan teknologi yang begitu pesat jika tidak diimbangi dengan kontrol atau pengawasan yang lebih oleh guru dan orang tua, akan menjerumuskan siswa ke dalam perilaku-perilaku yang menyimpang.
Saat ini, banyak siswa SD yang sudah memiliki HP (handphone) yang canggih, tetapi penggunaannya tidak dikontrol oleh orang tua. Sebagian besar HP sekarang sudah mendukung koneksi internet. Sebagian besar siswa SD sudah familiar dengan internet, bahkan setiap hari mengakses internet. Di internet semua dapat diakses, tak terkecuali kasus-kasus kekerasan dan kasus penyimpangan lain. Ditambah dengan game online yang sering memperagakan adegan kekerasan. Siswa SD yang rata-rata usianya 12 tahun ke bawah akan sangat mudah terpengaruh dengan apa yang mereka lihat. Mereka merasa penasaran dan akhirnya mempraktekan apa yang mereka lihat.
Walaupun internet juga memiliki kelebihan yaitu mempermudah siswa dalam mencari materi pembelajaran, karena semua dapat di cari dengan mesin pencarian Google. Tetapi akan sangat beresiko jika siswa SD mengakses internet tanpa dikontrol dan didampingi oleh guru ataupun orang tua siswa. Kasus kekerasan yang terjadi di Bukittinggi bisa saja diawali oleh siswa yang melihat tayangan kekerasan di internet lalu mempraktekannya di sekolah. Tayangan di televisi juga sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa. Jika diamati, banyak tayangan di televisi yang tidak mendidik bahkan justru menayangkan perilaku kekerasan dan perilaku menyimpang lainnya. Tayangan tentang anak sekolah tetapi yang ditonjolkan adalah persaingan antar siswa dan tidak menonjolkan bagaimana belajar dengan baik di sekolah.
Masalah-masalah pendidikan akan terus terjadi jika guru dan orang tua tidak mengawasi dan mendampingi anak / siswanya. Pada kasus kekerasan di Bukittinggi misalnya, tidak bisa hanya siswa yang disalahkan. Kita juga harus memperhatikan faktor lain yaitu kurangnya perhatian dari guru dan orang tua terhadap anak. Guru sebagai orang yang sering berinteraksi dengan siswa, seharusnya dapat memahami karakter tiap-tiap anak. Dengan memahami karakter setiap anak didik, maka guru dapat mengetahui bagaimana bentuk pendampingan yang sesuai dengan masing-masing anak. Misalnya anak yang nakal, harus mendapatkan pendampingan lebih dari guru. Guru harus menanamkan nilai-nilai yang baik kepada siswa dengan memberi teladan yang baik. Orang tua juga harus memberikan teladan yang baik di lingkungan keluarga. Sebaiknya orang tua dan guru saling melaporkan bagaimana perkembangan anak.
Orang tua di rumah harus mendampingi anaknya saat menonton televisi, sehingga jika ada tayangan yang tidak baik orang tua dapat memberikan arahan. Anak sebaiknya jangan terlalu diberi kebebasan dalam penggunaan HP. Boleh menggunakan HP tetapi untuk hal-hal yang penting saja seperti menanyakan materi kepada guru atau teman. Yang perlu pengawasan ketat adalah saat anak mengakses internet. Jangan sampai anak membuka situs-situs yang menyimpang dan akan berpengaruh terhadap perilaku anak. Anak dibolehkan mengakses internet hanya untuk mencari materi-materi yang berhubungan dengan apa yang dipelajari di sekolah, sehingga pemahaman anak akan bertambah. Karakter anak untuk pertama kalinya dibentuk di dalam keluarga. Oleh karena itu, perhatian dan pendampingan dari orang tua sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter anak.
Aktivitas anak di luar rumah juga harus selalu diawasi oleh orang tua karena lingkungan di masyarakat juga akan mempengaruhi pembentukan karakter anak. Lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang baik. Demikian sebaliknya, lingkungan yang tidak baik akan membentuk karakter yang tidak baik. Akan lebih baik jika anak diarahkan untuk mengikuti kegiatan yang bermanfaat seperti mengaji, belajar kelompok, dan kegiatan lain yang sesuai dengan bakat dan minat anak. Semua kegiatan anak baik di dalam rumah ataupun di luar rumah harus selalu diawasi dan jika perlu didampingi. Demikian juga saat di sekolah, guru harus selalu mendampingi siswanya baik di dalam kelas ataupun di luar kelas.

Kerja sama antara orang tua, guru dan masyarakat sangat diperlukan dalam menangani masalah-masalah pendidikan, tak terkecuali pada kasus kekerasan di sekolah. Untuk mencari solusi dari masalah tersebut, harus dipahami dengan jelas faktor apa saja yang menjadi penyebabnya. Kita harus melihat dari berbagai sisi atau sudut pandang. Pada kasus kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya misalnya, kita dapat mencari penyebabnya dari sudut pandang siswa, guru, orang tua, lingkungan di masyarakat, dan juga pengaruh perkembangan teknologi. Setelah ditemukan berbagai penyebabnya barulah dicari solusi yang tepat untuk menangani masalah kekerasan di sekolah.

Posted by
Unknown

More

BUDAYA KRITIS BUKAN UNTUK MENDAPATKAN NILAI


Saat ini pendidikan di Indonesia sedang berupaya untuk menumbuhkan sikap kritis siswa dan juga mahasiswa. Setiap guru dan dosen selalu mengajak peserta didiknya untuk kritis. Yang akan saya bahas di sini mengenai budaya kritis di kalangan mahasiswa. Hampir setiap dosen mengharapkan mahasiswanya kritis. Dalam perkuliahan sikap kritis dapat ditunjukan melalui seringnya mahasiswa mengungkapkan pendapat, menanggapi apa yang dikatakan dosen, atau melalui bertanya kepada dosen. Walaupun di setiap perkuliahan dosen selalu memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memberikan umpan balik terhadap apa yang telah disampaikan oleh dosen, sangat jarang sekali mahasiswa yang mau mengungkapkan pendapatnya. Bahkan untuk sekedar bertanya saja mahasiswa merasa bingung. Dan akhirnya suasana perkuliahan menjadi sangat pasif karena tidak ada umpan balik dari mahasiswa.  Jikapun ada yang menanggapi paling hanya satu atau dua mahasiswa saja dan orangnya selalu sama.
Hal itu terjadi karena beberapa hal, yang pertama yaitu kurangnya rasa percaya diri mahasiswa untuk berbicara di depan teman-temannya dan juga dosen tentunya. Faktor yang kedua yaitu mahasiswa tidak terbiasa, dan tidak pernah mau mencoba untuk berbicara. Pekerjaan atau kegiatan yang paling sulit untuk dilakukan yaitu memulai, begitu juga saat mahasiswa diberikan kesempatan untuk berbicara, sebagian besar dari mereka takut dan tidak mau mencoba. Dan akhirnya mahasiswa yang berbicarapun selalu sama di setiap perkuliahan yaitu mahasiswa yang mau untuk memulai dan memberanikan dirinya untuk berbicara.  Yang ketiga yaitu sebagian besar mahasiswa merasa bingung hendak mengungkapkan pendapat apa, karena mereka juga tidak memiliki wawasan yang luas sehingga sulit untuk menghubungkan materi dengan apa yang dialaminya. Hal tersebut terbukti dari mahasiswa yang sering berbicara, mahasiswa itu pasti bacaannya banyak dan memiliki wawasan yang lebih luas daripada mahasiswa yang bisanya hanya diam saja. Jadi untuk menumbuhkan sikap kritis harus dimulai dari budaya membaca dan kita harus peka terhadap lingkungan kita. Kita harus bisa memahami apa yang terjadi di sekitar kita apa sebab dan akibatnya. Karena untuk menanggapi atau bertanya juga diperlukan wawasan agar pertanyaan atau pendapat kita bermutu dalam arti memiliki keterkaitan yang erat dengan apa yang sedang dibicarakan. Pertanyaan-pertanyaan yang kurang bermutu biasanya akan ditanggapi dengan jawaban yang kurang enak untuk didengar, misalnya saja dosen akan berkata “kalau bertanya itu yang sedikit bermutu”. Tentu saja pernyataan tersebut akan mematahkan semangat dan perasaan mahasiswa yang bertanya.
Seharusnya pernyataan tersebut tidak dikeluarkan, karena bagaimanapun mahasiswa tersebut telah berusaha dan setidaknya ia lebih berani jika dibandingkan mahasiswa lain yang hanya diam untuk mencari aman. Jika mahasiswa sudah diberikan pernyataan seperti di atas, maka kemungkinan mahasiswa untuuk bertanya lagi sangat kecil. Mereka akan berpikir seribu kali sebelum bertanya, karena takut pertanyaannya dianggap tidak bermutu. Oleh karenanya jika dosen menginginkan mahasiswanya kritis maka dosen harus bisa menghargai usaha dari mahasiswa. Karena sikap kritis tidak bisa dipaksakan begitu saja, mahasiswa perlu berlatih terlebih dahulu. Bagi mahasiswa yang sudah terbiasa kritis maka apa saja yang dibicarakan oleh dosen ia dengan mudah menanggapinya dan dihubungkan dengan daftar bacaan atau dengan realita di kehidupan nyata. Tetapi hal itu sangat sulit untuk dilakukan oleh semua mahasiwa. Mahasiswa merupakan individu yang karakternya juga berbeda, jadi ada mahasiswa yang senang berbicara dan ada yang tidak, ada yang suka membaca dan ada yang tidak, ada yang pemalu dan ada yang tidak.
Sikap kritis pada saat pembelajaran dengan dosen akan berbeda dengan sikap kritis pada saat berdiskusi setelah ada yang presentasi. Setiap perkuliahan hampir semuanya terdapat kegiatan presentasi dan diskusi. Moderator biasanya akan membuka dua termin untuk bertanya, satu termin dua penanya. Tetapi jiaka saya amati selama saya mengikuti perkulaiahan, mereka yang bertanya hanya karena mengingikan nilai plus dari dosen. Karena mahsiswa yang aktif dalam perkuliahan (bertanya) akan selalu mendapatkan nilai plus dari dosen. Oleh karenanya sering mahasiswa berebut untuk bertanya, tak peduli apa jawaban dari penjaji yang penting ia sudah bertanya dan akan mendapatkan nilai. Hal itu mungkin baik, karena dapat melatih siswa untuk berbicara di depan teman-teman dan dosen. Tetapi hal itu juga kurang baik, karena sebagian besar mahasiswa yang bertanya tidak akan puas dan bahkan tidak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh penyaji. Padahal seharusnya ia menghargai pendapat penyaji dan bukan sebaliknya memperlihatkan tampang yang tidak percaya kepada penyaji. Jika memang ia tidak percaya kepada penyaji mengapa ia bertanya???, tidak ada jawaban lagi selain ia hanya menginginkan nilai, dan ia pun tak mau begitu saja menerima jawaban dari penyaji karena jika ia begitu saja menerimanya itu akan membuat penyaji dinilai pintar oleh teman-teman dan juga dosen.

Sepertinya pendidikan saat ini memang tak bisa lepas dari orientasi ke nilai, apapun yang dilakukan mahasiswa atau siswa semata-mata hanya untuk mendapatkan nilai. Akibatnya mereka akan kehilangan arti dari belajar yang sesungguhnya. Karena hanya berorientasi untuk mendapatkan nilai, maka yang terjadi yaitu punya ilmu tetapi tidak dapat digunakan untuk apa-apa. Bahkan untuk merubah nasib dirinya sendiri pun tidak bisa. Mereka tidak dapat melakukan perubahan yang lebih baik, padahal tujuan belajar yang sebenarnya yaitu adanya perubahan yang lebih baik. Demikian juga tujuan dari sikap kritis, adanya sikap kritis bertujuan untuk membentuk manusia yang dapat melakukan perubahan yang lebih baik. Tetapi apakah mungkin tujuan dari sikap krits itu tercapai jika orientasi mahasiswa bersikap kritis hanya utnuk mendapatkan nilai saja????? 

Posted by
Unknown

More

Budaya Instan Mahasiswa


Zaman telah berkembang dengan begitu dinamis. Hampir seluruh aspek-aspek kehidupan pun ikut berkembang bahkan berubah dan mulai bergeser yang akhirnya melahirkan suatu kebiasaan baru. Seiring perkembangan zaman, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan baru yang muncul dan terus berkembang menjadi sebuah budaya. Seperti yang telah kita ketahui, sesuatu yang telah membudaya akan sangat sulit untuk diubah apalagi dihilangkan. Budaya ibarat sebuah keyakinan yang telah terpatri dalam jiwa manusia yang keberadaannya sangat sulit dihindari. Budaya juga ibarat sebuah paradigma yang telah tertanam dalam diri masing-masing individu. Sebagai suatu paradigma maka untuk mengubah atau bahkan menghilangkannya perlu waktu yang tidak singkat. Hal itulah yang saat ini dialami sebagian besar mahasiswa. Budaya yang berkembang akibat canggihnya teknologi dan informasi melahirkan sebuah perilaku yang telah membudaya di kalangan mahasiswa saat ini yaitu budaya  serba instan. Kecanggihan teknologi dan informasi yang menawarkan keinstanan-keinstanan dalam memperoleh pengetahuan berhasil menggiring mahasiswa ke dalam budaya serba instan. Ada sebuah pernyataan yang selalu menjadi alasan bagi mahasiswa untuk membenarkan perilaku-perilaku instan yaitu “ kalau ada cara cepat, buat apa memilih yang lama, toh hasilnya sama saja”.  Hal itulah yang mengakibatkan setiap ada tugas yang diberikan kepada mahasiswa, mereka selalu ingin yang serba instan.

Perubahan pandangan yang dialami mahasiswa dulu dengan mahasiswa saat ini yaitu pada orientasi mereka dalam menempuh pendidikan. Orientasi pendidikan saat ini hanya untuk meraih sebuah ijazah dan gelar saja, tanpa memperhatikan proses pembelajaran yang harus dijalani. Hal itulah yang menyebabkan jika ada tugas mahasiswa sering tidak mengerjakan dengan serius. Mereka selalu mengandalkan google dan jarang sekali mahasiswa yang mengerjakan tugas menggunakan referensi buku kecuali jika diwajibkan menggunakan buku oleh dosen. Sebagian besar mahasiswa lebih memilih internet sebagai media dibandingkan buku memiliki alasan yang hampir sama yaitu lebih praktis dan tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk membaca lalu mengetik ulang. Jika mengambil referensi dari internet, mahasiswa langsung bisa copy lalu paste di word. Lebih parahnya referensi yang didapat tidak dibaca sama sekali dan langsung saja dicopypaste. Padahal apa yang ada di internet kebenarannya masih diragukan, karena siapa pun bisa menulis lalu dishare ke internet. Jika mahasiswa telah memiliki kebiasaan seperti itu, bagaimana ia bisa menjadi guru atau pendidik yang baik kelak jika untuk sekedar membaca buku pun malas dan lebih suka dengan cara instan. 

Posted by
Unknown

More

haloooo

Halooo...kangen nih lama engga nulis, biasa musim liburan suka lupa sama tombol-tombol keyboard. Lama gak nyentuh lepy, keasyikan sama orang-orang tersayang, maaf yah lepy. Saat liburan jarang banget aku dihadapan laptop, lebih suka memanfaatkan liburan bareng orang-orang tersayang. Setelah beberapa bulan engga berjumpa keluarga, dan hari-hariku sibuk didepan laptop ngerjain tugas, sampai begadang dan air matapun tak jarang aku keluarin (saking penatnya, hehe).  Masa-masa liburan aku jadiin sebagai moment untuk melepas penat (balas dendam sama tugas-tugas). Apalagi liburan kali ini bersamaan dengan moment idul fitri, semua orang-orang tersayang pulkam dan kumpul bareng. Bagi aku, engga ada yang bisa ngalahin rasa bahagia saat kumpul bareng orang-orang tersayang. Udah magrib nih, sambung nanti yaahh.
Jumpa lagi dengan aku laela si gadis sedikit manis, hehe.. liburan belum juga abis, padahal udah bosen banget di rumah. Kegiatan sehari-hari selalu sama dan itu-itu mulu. Walaupun awalnya engga dijadwal tapi lama-lama menjadi rutinitas yang sama setiap harinya. Bangun tidur, ibadah, ke dapur, nyapu, ngepel, nyuci, mandi, makan, dan nonton tv. Setelah itu tidur, makan, nonton tv, mandi dan nonton tv lagi. Selalu seperti itu, selama satu bulan libur dari aktivitas kampus. Sebenernya pengen banget nulis sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak , engga seperti sekarang tulisanku malah lebih jelek dari tulisan anak SD, padahal aku udah mahasiswa. Mahasiswa seharusnya bisa menghasilkan karya-karya yang luar biasa yang dapat bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kita, tetapi sungguh menyedihkan jika melihat kenyataan yang ada pada diriku ini. Mahasiswa seperti aku yang udah menempuh kuliah sampai semester empat seharusnya lebih banyak membaca dan ga berdiam diri seperti sekarang ini. Seharusnya aku udah bisa mengaplikasikan ilmu-ilmu yang aku dapet selama belajar di dunia sekolah dan dunia kampus sampai sekarang. Akan tetapi untuk menghasilkan satu karya saja yang layak untuk publik aku belum bisa.

Melihat orang-orang hebat di luar sana, memotivasi saya untuk membiasakan budaya membaca dan menulis, dan mulai hari ini kebiasaan itu akan saya mulai. Semoga saya dapat berbagi melalui tulisan saya nanti. Dan semoga tulisan saya dapat memberikan manfaat bagi semua. Sebuah gagasan sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Oleh karenanya, saya berniat untuk menuliskan setiap gagasan yang saya ketahui agar gagasan-gagasan tersebut mempunyai nilai guna bagi semua...:) 

Posted by
Unknown

More

SETTING MIKROTIK DASAR

SETTING MIKROTIK DASAR
Administrasi jaringan dengan basis system operasi Mikrotik Router OS, system operasi ini adalah system turunan dari Linux yang di kembangkan lebih lanjut sehingga menjadi system operasi yang cukup handal untuk fungsi administrasi ( pengaturan ) jaringan computer. System operasi Mikrotik merupakan system operasi komersial, hal ini sebanding dengan kemudahan yang diberikan dalam penerapannya dibandingkan dengan system operasi berbasis Linux yang lain.

Untuk melakukan pengaturan terhadap fungsi jaringan Mikrotik memberikan beberapa pilihan akses, antara lain; melalui Command Line Interface ( CLI ), melalui Winbox sebagai aplikasi control melalui system operasi Windows, dan Web Inerface yang dapat di akses melalui web browser.

Tampilan control memalui Winbox :
Langkah awal untuk melakukan konfigurasi melalui winbox, adalah melakukan download program winbox yang dapat diambil dengan melakukan download ke alamat IP address router, dengan format : http://ip-router-mikrotik/winbox/winbox.exe

1. Jalankan aplikasi winbox pada PC windows yang terhubung ke jaringan Router Mikrotik. Berikan informasi ; IP address, User Name dan Password, sesuai dengan hak akses yang dimiliki.

2. Hak akses user pada Mikrotik secara garis besar terbagi dalam tiga group, antara lain ; Read untuk user yang hanya dapat melakukan akses dan melihat konfigurasi yang telah ada, Write untuk user yang dapat melakukan konfigurasi dengan batasan fungsi tertentu dan hasil konfigurasi tidak bersifat permanen, Full untuk user yang memiliki hak akses dan konfigurasi penuh terhadap system secara keseluruhan.


lihat makalah selengkapnya di sini.
lihat power point selengkapnya di sini.

Posted by
Unknown

More

PENERAPAN TEKNOLOGI CLOUD COMPUTING DI BERBAGAI BIDANG

IMPLEMENTASI CLOUD COMPUTING DI BIDANG PENDIDIKAN
Cloud computing sangat dibutuhkan terutama dibidang pendidikan karena dapat menghemat biaya yang cukup mahal dan menghindari penerapan teknologi yang rumit.
Cloud computing pada bidang pendidikan antara lain Yahoo email atau Gmail. Anda tidak perlu software atau server untuk menggunakannya. Semua konsumen hanya perlu koneksi internet dan mereka dapat mulai mengirimkan email. Software manajemen email dan serber semuanya ada di cloud (internet) dan secara total dikelola oleh provider seperti Yahoo, Google, etc. Konsumen hanya perlu menggunakan software itu sendiri dan menikmati manfaatnya.
Download makalah di sini
download powerpoint di sini

Posted by
Unknown

More

LIFI


LIFI (LIGHT FIDELITY)

Sebuah penelitian menghasilkan sebuahteknologi yang disebut sebagai Light Fidelity atau LiFi menjanjikan kecepatantransfer yang lebih cepat dibanding WiFi dan LiFi kemungkinan akan menggantikanWiFi dimasa mendatang.

WiFi atau Wireless Fidelity mungkin sudahakrab ditelinga pengguna komputer. WiFi ini juga sering disebut sebagai WLAN(Wireless Local Area Network) yang menggunakan gelombang radio dengan frekuensi2,4GHz yang menggunakan standar IEEE 802.11.

Baru-baru ini para peneliti dari UniversitasEdinburg telah mengembangkan sistem jaringan wireless atau nirkabel yang mampumenghasilkan kecepatan transfer hingga 130mbps menggunakan teknologi cahaya.

Teknologi yang disebut sebagai LiFi (LightFidelity) ini menggunakan LED (Light Emiting Diode) untuk mengirimkan data kepenerima dengan perubahan intensitas cahaya yang begitu cepat sehingga takdapat dilihat oleh mata manusia.

Seorang fisikawan dan profesor Jerman, HaraldHaas melalui proyek dari perusahaan Pure VLC ini mengembangkan metode smartlighting yang memungkinkan cahaya digunakan untuk mengirim dan menerima datayang mampu mencapai kecepatan hingga 50 Mbps.

Saat ini harus diakui bahwa kecepatan transferdata dari teknologi Light Fidelity ini memang belum bisa mengalahkan kecepatantransfer data dari standar Wireles Fidelity senerasi terakhir.

Harald Haas juga menambahkan bahwa ia dantimnya terus berusaha untuk mengembangkan sistem LiFi di laboratorium agardapat menghasilkan kecepatan hingga satuan gigabit per detik.

Seperti yang dilansir dari ArsTechnica, LiFiini memiliki beberapa kelebihan seperti luas spektrum transmisi yang lebih luashingga 10.000 dari wireless fidelity yangberbasis gelombang radio. LiFi jugamampu menyediakan konektivitas nirkabel dirumah atau dikamar tanpa takutterjadi kebocoran sinyal.

sumber: http://tips-wawan.blogspot.com/2012/10/lifi-teknologi-wifi-yang-berbasis-cahaya.html

Posted by
Unknown

More
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / My Story

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger