Zaman
telah berkembang dengan begitu dinamis. Hampir seluruh aspek-aspek kehidupan
pun ikut berkembang bahkan berubah dan mulai bergeser yang akhirnya melahirkan
suatu kebiasaan baru. Seiring perkembangan zaman, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan
baru yang muncul dan terus berkembang menjadi sebuah budaya. Seperti yang telah
kita ketahui, sesuatu yang telah membudaya akan sangat sulit untuk diubah
apalagi dihilangkan. Budaya ibarat sebuah keyakinan yang telah terpatri dalam
jiwa manusia yang keberadaannya sangat sulit dihindari. Budaya juga ibarat
sebuah paradigma yang telah tertanam dalam diri masing-masing individu. Sebagai
suatu paradigma maka untuk mengubah atau bahkan menghilangkannya perlu waktu
yang tidak singkat. Hal itulah yang saat ini dialami sebagian besar mahasiswa.
Budaya yang berkembang akibat canggihnya teknologi dan informasi melahirkan
sebuah perilaku yang telah membudaya di kalangan mahasiswa saat ini yaitu
budaya serba instan. Kecanggihan
teknologi dan informasi yang menawarkan keinstanan-keinstanan dalam memperoleh
pengetahuan berhasil menggiring mahasiswa ke dalam budaya serba instan. Ada
sebuah pernyataan yang selalu menjadi alasan bagi mahasiswa untuk membenarkan
perilaku-perilaku instan yaitu “ kalau ada cara cepat, buat apa memilih yang
lama, toh hasilnya sama saja”. Hal
itulah yang mengakibatkan setiap ada tugas yang diberikan kepada mahasiswa,
mereka selalu ingin yang serba instan.
Perubahan
pandangan yang dialami mahasiswa dulu dengan mahasiswa saat ini yaitu pada
orientasi mereka dalam menempuh pendidikan. Orientasi pendidikan saat ini hanya
untuk meraih sebuah ijazah dan gelar saja, tanpa memperhatikan proses
pembelajaran yang harus dijalani. Hal itulah yang menyebabkan jika ada tugas
mahasiswa sering tidak mengerjakan dengan serius. Mereka selalu mengandalkan
google dan jarang sekali mahasiswa yang mengerjakan tugas menggunakan referensi
buku kecuali jika diwajibkan menggunakan buku oleh dosen. Sebagian besar
mahasiswa lebih memilih internet sebagai media dibandingkan buku memiliki
alasan yang hampir sama yaitu lebih praktis dan tidak perlu mengeluarkan tenaga
lebih untuk membaca lalu mengetik ulang. Jika mengambil referensi dari
internet, mahasiswa langsung bisa copy lalu paste di word. Lebih parahnya
referensi yang didapat tidak dibaca sama sekali dan langsung saja dicopypaste. Padahal apa yang ada di
internet kebenarannya masih diragukan, karena siapa pun bisa menulis lalu
dishare ke internet. Jika mahasiswa telah memiliki kebiasaan seperti itu, bagaimana
ia bisa menjadi guru atau pendidik yang baik kelak jika untuk sekedar membaca
buku pun malas dan lebih suka dengan cara instan.
0 komentar:
Posting Komentar